Dia adalah Ibnu Waqs Al Imam Abu Rabi’ Al Anshari, Al
Asyhali
atau terkenal sebagai Abbad bin Bishr. Beliau adalah sahabat dari golongan Anshor, pada saat kaum muhajirin tiba
di Madinah, beliau dipersaudarakan dengan ‘Ammar bin Yasr r.a.
Abbad
bib Bishr termasuk salah seorang pemimpin suku Aus, tak heran
jika beliau adalah sosok terhormat dan terpandang. Beliau mendapat
hidayah Islam dan masuk islam pada saat masih berusia 15 tahun atas peran dari
sahabat Mush’ab bin Umair r.a.
Abbad bin Bishr r.a. adalah sahabat yang diterangi
oleh tongkatnya pada malam hari ketika pulang ke rumahnya dari rumah Rasulullah
SAW. Beliau adalah salah seorang sahabat yang ikut dalam perang Badar. Beliau
pula salah seorang sahabat yang berhasil membunuh Ka’ab bin Asyraf Al Yahudi.
Nabi SAW mempekerjakannya sebagai penarik zakat dari
suku Muzayyinah dan bani Salim serta menjadikannya penjaga beliau pada waktu
perang Tabuk dan merupakan salah satu dari dua orang sahabat yang dijuluki ‘Sang
Pemberani’.
Setelah Rasulullah SAW dan kaum muslimin selesai dari
perang Dzatur-Riqa’, rombongan sampai di suatu tempat dan bermalam di sana.
Rasulullah SAW berkenan memilih beberapa Sahabat untuk menjadi pengawal penjaga
tenda beliau, diantara sahabat yang terpilih adalah ‘Ammar bin Yasr dan ‘Abbad
bin Bishr. Mereka berdua ra, menjaga Rasulullah SAW dalam satu regu.
Suatu malam dilihat oleh ‘Abbad r.a. bahwa sahabatnya ‘Ammar
r.a. sangat lelah, diusulkanyalah agar ‘Ammar r.a. agar tidur terlebih dahulu
dan ia yang akan berjaga, dan manakala telah mendapatkan istirahat yang cukup,
maka giliran ‘Ammar yang akan menggantikan berjaga.
‘Abbad r.a. berpatroli melihat sekeliling perkemahan,
dirasa aman beliau kemudian melakukan shalat malam. Pada saat beliau membaca
surat al-Quran setelah bacaan Fatihah, tiba-tiba sebuah anak panah menancap di
pangkal lengannya. Dengan serta merta dicabutnya anak panah itu dan tetap
melanjutkan shalatnya.
Selang tak lama kemudian mendesing anak panah kedua
yang menancap di badan beliau. Dicabutnya anak panah kedua ini dan begitu pula bacaan
surat al Quran tetap belaiu lanjutkan. Sehingga musuh meluncurkan anak panah yang
ketiga kalinya’Abbad pun masih mencabut anak panah dan mengakhiri bacaan surat
dan melanjutkan ruku’ dan sujud.
Pada saat itu ‘Abbad r.a. mulai merasa payah dan
lemah, lalu diantara sujud itu diulurkannya tangan beliau kepadas ‘Ammar yang
sedang tidur terlelap di sampingnya dan ditarik-tarik. Kemudian ‘Abbad r.a.
bangun dari sujud dan melanjutkan shalat beliau hingga salam.
‘Ammar r.a. terbangun mendengar suara ‘Abbad r.a. yang
menahan kesakitan. Seketika ‘Ammar r.a. bangkit dari tidurnya dan menimbulkan
kegaduhan, sehingga membuat musuh yang menyelinap ketakutan dan melarikan diri.
Seketika ‘Ammar r.a. berpaling kepada temannya ‘Abbad
r.a. dan berkata,”Subhanallah! Mengapa tidak kau bangunkan diriku semenjak
panah yang pertama tadi? ‘Abbad r.a. menjawab,”Ketika itu aku shalat dan kubaca
beberapa ayat al-Quran yang amat mengharukan hatiku, hingga aku tak ingin untuk
menghentikannya. Dan demi Allah, aku tidaklah akan menyia-nyiakan penjagaan yang
ditugaskan Rasulullah SAW kepada kita. Sungguh, aku lebih suka mati daripada memutuskan
bacaan ayat-ayat tadi.” Demikian cintanya ‘Abbad bin Bishr kepada Allah SWT, Rasulullah
Muhammad SAW dan kepada Sahabatnya, bahkan kecintaan itu memenuhi segenap
perasaan dan seluruh kehidupannya.
Beliau rela menyerahkan harta benda dan nyawa di jalan
Allah dan RasulNya, maka tak heran setiap perang beliau menjadi orang terdepan,
sementara pada waktu pembagian harta rampasan perang beliau akan sulit untuk
ditemukan.
Diriwayatkan dari Yahya bin Ibad bin Abdullah, dari
ayahnya, dia berkata, “Ada tiga orang
dari golongan Anshar yang tidak tertandingi kemuliaannya, semuanya berasal dari
bani Abdul Asyhal, yaitu Sa’ad bin Mu’ad, Abbad bin Bisyr, dan Usaid bin Khudhair.”
Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata, “Ketika Rasulullah SAW shalat tahajud di
rumahku, beliau mendengar suara Abbad bin Bisyr, lalu beliau bersabda, ’Wahai
Aisyah, apakah ini suara Abbad bin Bisyr?’ Aisyah menjawab, ‘Ya’. Rasulullah
SAW bersabda, ‘Ya Allah, ampunilah dia’.”
Kaum Muslim generasi pertama akan mengetahui bahwa ‘Abbad
bin Bishr adalah seorang tokoh yang beroleh karunia berupa cahaya dari Allah.
Penglihatannya yang jelas dan beroleh penerangan, dapat mengetahui
tempat-tempat yang baik dan meyakinkan tanpa mencarinya dengan susah payah.
Bahkan para sahabat mempercayai bahwa manakala ‘Abbad berjalan di waktu malam,
terbitlah darinya berkas-berkas cahaya dan sinar yang menerangi baginya jalan
yang akan ditempuh.
Dalam
perang Yamamah di mana kaum muslimin melawan balatentara yang kejam dan
berpengalaman di bawah pimpinan Musailamah al-Kadzab, beliau pun ikut di dalam
pasukan kaum muslimin. Seperti dalam perang-perang sebelumnya beliau selalu
menginginkan syahid.
Sehari
sebelum perang Yamamah dimulai, ‘Abbad
r.a. bermimpi, dan mimpi tersebut ditakwilkan oleh seorang sahabat yang mulia
Abu Sa’id al-Khudri r.a.. Abu Sa’id berkata : “’Abbad bin Bishr mengatakan
kepadaku : Hai Abu Sa’id, semalam aku bermimpi melihat langit terbuka untukku,
kemudian tertutup lagi. Aku yakin bahwa ta’birnya insyaAllah aku akan menemui
syahidku. Kemudian aku berujar : Demi Allah, itu adalah mimpi yang baik.
“Pada
perang Yamamah, aku lihat ‘Abbad berseru kepada orang-orang Anshor : Pecahkan
sarung-sarung pedang kalian, dan tunjukkan kelebihan kalian!” Maka segeralah
menyerbu dan bersama ‘Abbad sejumlah 400 orang dari golongan Anshor. Mereka
bertempur bersama dengan Abu Dujanah dan Barra’ bin Malik dengan gagah berani
laksana telah ditunggu bidadari di pintu surga.”
“Ketika
itu aku melihat wajah ‘Abbad r.a. penuh dengan bekas sambaran pedang, dan aku
mengenalinya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat di tubuh ‘Abbad.”
Demikianlah
‘Abbad meningkat ke taraf yang sesuai untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang
Mu’min dari golongan Anshar, yang telah mengangkat bai’at kepada Rasullullah
SAW, membaktikan hidupnya bagi Allah dan
menemui syahid di jalan-Nya. [dari berbagai sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar