Kamis, 13 Oktober 2011

Detik-detik Terakhir Peristiwa Tentang wafatnya Rasulullah SAAW

Gambar : Makam Rasulullah SAAW (Sumber : Google Image)



Peristiwa tentang wafatnya seorang pemimpin alam semesta, seorang Nabi dan Seorang Rosul Tuhan yang terakhir adalah peristiwa maha besar. Tidak ada sejarah yang telah mengungkapkan peristiwa yang mendetail sedemikian rupa tentang berpulangnya seorang Rosul Tuhan seperti halnya dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW itu.

Isyarat-isyarat tentang bayang-bayang akan terjadinya peristiwa besar yang sangat mengharukan hati itu telah terlebih dahulu memperlihatkan tanda-tandanya kepada ummat pengikut beliau.

Isyarat itu antara lain terlukis dalam bunyi Khutbah Arafah oleh Rasulullah, dan juga bunyi Firman Allah SWT sebagai Wahyu Tuhan yang terakhir yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, dikala beliau menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima sebagai Haji Perpisahan.

"Pada hari ini Aku (Allah) sempurnakan bagimu Agamamu, Aku cukupkan nikmatKu untukmu dan Aku rela Islam sebagai agamamu" (Al-Qur'an, Al-Maidah ayat 3)

Khutbah Arafah

Setelah mencucurkan keringat, darah dan air mata berpuluh-puluh tahun lamanya (23 tahun), berjuang dengan sekuat tenaga daya dan kesungguhan dan berdakwah memberantas penyakit-penyakita jaman jahiliah, zaman kebodohan ummat di kala itu, memanggil manusia ke jalan Tuhan, berjihad menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan Ilahi, maka akhirnya berhasillah beliau dalam menunaikan misi sucinya, menegakkan Islam sebagai agama wahyu satu-satunya yang dipilih Tuhan untuk ummat manusia di bawah langit ini.

Setelah berhala-berhala, patung-patung ciptaan zaman jahiliah itu diruntuh-ratakan sebagai lambang kemusyrikan; setelah penyakit syirik terbongkar dari dada ummat manusia, dan kemudian di isi beliau dengan air hikmah, Iman dan Tauhid yang murni, maka terasalah bagi beliau, ia tak akan lama lagi akan dipanggil oleh Tuhan ke HadiratNya, berpisah dengan ummat yang sedang dibina dan dipimpinnya dengan sukses gilang-gemilang itu.

Maka demikianlah, pada musim haji tahun ke-10 hijriah, bersama-sama kurang lebih 114.000 kaum muslimin yang datang dari segenap penjuru Arabia, beliau pun menunaikan ibadah Haji Akbar yang bagi beliau sendiri adalah merupakan Haji Perpisahan (wada') haji terakhir, karena beliau tidak dapat lagi bersama ummatnya menunaikan ibadah suci itu pada tahun mendatang.

Dalam Haji Wada' inilah beliau menyampaikan mutiara wasiat yang dianggap sangat berharga bagi ummat beliau, disamping itu juga menyelipkan ultimatum Tuhan kepada kaum Musyrikin, bahwa Allah dan RasulNya telah memutuskan hubungan dengan mereka, karena aqidah mereka adalah bernoda dan najis. Dan sejak tahun ke-9 Hijriah telah dibuat tapal batas tanah suci Mekkah dan madinah (tanah haram) yang sama sekali tidak diijinkan kaum kafir untuk menginjaknya sampai hari kiamat kelak.

Khutbah Arafah yang akan merupakan pegangan hidup dan matinya kaum muslimin itu, adalah juga merupakan piagam perdamaian yang mempunyai nilai kemasyarakan yang tinggi, diucapkan beliau dari atas untanya yang berdiri di Namirah dekat bukit Arafah, yang terletak di tengah-tengah padang Arafah yang dahsyat dan luas itu. Khutbah bersejarah yang diabadikan sepanjang masa itu berbunyi antara lain seperti di bawah ini :

"Wahai ummat manusia, dengarkanlah nasehatku baik-baik, karena barangkali aku tidak dapat lagi bertemu muka dengan kamu semua di tempat ini. "Tahukah kamu semua, hari apa inikah ini? Yang dijawab sendiri oleh beliau: Inilah hari Nahar, hari kurban yang suci. Tahukah kamu bulan apakah ini? inilah bulan suci. Tahukah kamu tempat apakah ini? inilah kota yang suci."

Haram Menumpahkan Darah

"Maka dari itu aku umumkan kepada kamu semua bahwa darah dan nyawamu, harta bendamu dan kehormatan yang satu terhadap yang lainnya haram atas kamu sampai kamu bertemu dengan Tuhanmu kelak. Semua harus kamu sucikan sebagaimana sucinya hari ini, sebagaimana sucinya bulan ini dan sebagaimana sucinya kota ini. Hendaklah berita ini di sampaikan kepada orang-orang yang tidak hadir di tempat ini oleh kamu sekalian! Bukankah aku telah menyampaikan?! O, Tuhan sasksikanlah!"

Hapuskan Riba

"Hari ini hendaklah dihapuskan segala macam bentuk riba. Maka barangsiapa yang memegang amanah ditangannya, hendaklah ia bayarkan kepada yang punya. Dan sesungguhnya riba jahiliah itu adalah batil. dan awal riba yang pertama kali aku sapu bersih adalah riba yang dilakukan oleh pamanku sendiri, Abbas bin Abd. Muthalib.

"Hari ini haruslah dihapuskan semua bentuk pembalasan dendam dan pembunuhan jahiliah, dan penuntutan darah ala Jahiliah yang mula pertama kali aku hapuskan adalah atas tuntutan darah 'Amir bin Haris.

"Wahai manusia! Hari ini Setan telah putus asa untuk dapat disembah pada bumimu yang suci ini. Tetapi ia bangga bila kamu dapat mentaatinya walaupun dalam perkara yang kelihatannya kecil sekalipun, maka waspadalah kamu atasnya! "Hai manusia! Sesungguhnya zaman itu beredar semenjak Allah jadikan langit dan bumi"

Hak dan Kewajiban Suami Istri

"Wahai manusia! Sesungguhnya bagi kaum wanita itu (istrimu) ada hak-hak yang harus dipenuhi, dan bagimu juga ada hak-hak yang harus dipenuhi oleh istri itu. Ialah, bahwa mereka tidak boleh sekali-kali membawa orang lain ke tempat tidur selain kamu sendiri, dan mereka tidak boleh membawa orang lain yang tidak kamu sukai ke rumahmu, kecuali setelah mendapat izin dari kamu terlebih dahulu. Maka sekiranya kaum wanita itu melanggar ketentuan-ketentuan yang demikaian, sesungguhnya Allah telah berarti mengizinkan kamu untuk meninggalkan mereka, dan kamu boleh melecutringan terhadap diri mereka yang berdosa itu. 

"Tetapi bila mereka berhenti dan tunduk kepadamu,maka menjadi kewajibanmulah untuk memberi nafkah dan pakaian mereka dengan sebaik-baiknya. Ingatlah,bahwa kaum hawa itu adalah mahluk yang  lemah di sampingmu, mereka tidak berkuasa. Kamu telah bawa mereka dengan suatu amanat dari Tuhanmu dan kamu telah halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Maka dari itu, takwalah kepada Allah tentang urusan wanita dan terimalah ini wasiat untuk bergaul lebih baik dengan mereka! Wahai ummat, bukankah aku telah menyampaikan?! O, Tuhan, tolong saksikanlah!"

Pegangan Hidup

"Wahai manusia! Sesungguhnya aku meninggalkan kepadamu sesuatu, yang bila kamu pegang ia erat-erat niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, dua saja: Kitab Allah dan Sunnah RasulNya. Hai manusia dengarkanlah baik-baik apa yang aku ucapkan kepadamu niscaya pasti kamu bahagia untuk selama-lamanya dalam hidupmu!"

Persaudaraan Islam

"Wahai manusia! Kamu Hendaklah mengerti, bahwa orang-orang beriman itu bersaudara. Maka bagi masing-masing pribadi diantara kamu terlarang keras untuk mengambil harta saudaranya kecuali dengan izin hati yang ikhlas. Bukankah Aku telah menyampaikan?! O, Tuhan tolong saksikan!"

"Janganlah kamu setelah aku meninggal nantikembali kepada kafir, dimana sebagian kamu mempermainkan senjata untuk menebas leher kawannya yang lain. karena, bukankah aku telah tinggalkan untukmu pedoman yang benar, yang bila kamu ambil ia sebagai pegangan dan suluh kehidupanmu tentu kamu tidak akan tersesat, yakni Kitab Allah (Al-Qur'an).

"Hai manusia, bukankah aku telah menyampaikan?! O, Tuhan saksikanlah!"

Persamaan Hak

"Hai manusia! Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah tunggal dan sesungguhnya kamu berasal dari satu Bapak. semua dari Adam dan Adam terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu semua di sisi Tuhan adalah orang yang paling taqwa, tidak sedikitpun ada kelebihan bangsa Arab, kecuali dengan taqwa.

"Hai manusia! Bukankah aku telah menyampaikannya?! O, Tuhan saksikanlah! Maka hendaklah barang siapa yang hadir diantara kamu di tempat ini berkewajiban untuk menyampaikan pesan wasiat ini kepadamereka yang tidak hadir!"

Setelah Nabi mengakhiri Khutbah Al-Wada' yang sangat berkesan itu dengan nada suara yang tinggi sambil menujuk ke langit, maka berteriak pulalah para jemaah haji yang sedang berkumpul di padang Arafah itu menyahut serentak dengan suara yang lantang dan bergema membahana, membelah kesunyian padang pasir yang luas dan tandus itu dengan beramai-ramai mengucapkan "Demi Tuhan! Sesungguhnya Engkau (Muhammad) telah menyampaikan amanah perintahperintah Tuhanmu!"

Setelah mengikuti sejenak khutbah yang diabadikan itu selaku pesan dan amanat umum Rasulullah sebagai gemblengan beliau kepada ummatnya, maka marilah kita mengikuti riwayat yang melukiskan peristiwa bersejarah tentang wafatnya Nabi kita Muhammad SAW.

"Diriwayatkan, bahwa setelah turun wahyu Al-Qur'an, surat Al-Maidah ayat 3 tersebut di atas, menangislah Umar bin khatab r.a. Maka Nabi SAW berkata kepadanya. "Apakah gerangan yang menyebabkan engkau menangis hai Umar?", tanya Rasulullah. Umar menjawab, "Kita semua sudah berada dalam agama yang sempurna dan lengkap. Tetapi apabila ia sudah sampai kepada titik puncak kesempurnaan maka di atas itu tidak adal lagi yang lain, kecuali suatu kemunduran". Nabi menukas; "Benarlah engkau!"

Pada mulanya Nabi tidak mampu untuk menduga-duga kemungkinan - kemungkinan yang terselip dalam arti ayat yang di atas, sehingga beliau hanya terengah dan bertelekan diatas untanya saja. Unta pun berhenti dan malaikat Jibril AS pun datang sambil berkata kepada Nabi: 

"Ya Muhammad, hari ini telah sempurna urusan agamamu, telah selesai apa yang diperintahkan Tuhanmu dan juga segala apa yang dilarangNya. Maka dari itu, kumpulkan semua sahabatmu, dan beritahukan kepada mereka, bahwa saya tidak akan turun-turun lagi membawa wahyu kepadamu sesudah hari ini!"

Maka pulanglah Nabi dari Mekkah ke Madinah. Dan di sana dikumpulkanlah oleh beliau para sahabatnya dan dibacakannya ayat ini kepada mereka serta diberitahukannya apa yang dikatakan Jibril AS kepadanya itu.

Semua sahabat menjadi gembira mendengarnya, kecuali Abu Bakar r.a., dan para sahabat itu berkata: 

"Telah sempurna agama kita!" Tetapi Abu Bakar pulang ke rumahnya sendirian dalam keadaan murung dan sedih. Dikuncinya pintu rumahnya dan iapun sibuk menangis sepanjang malam dan siang. Hal ini terdengar oleh para sahabat dan mereka berkumpul bersama-sama untuk mendatangi rumah Abu Bakar.

Sahabat bertanya : "Kenapa kerjamu menangis saja hai Abu Bakar  disaat orang lain semua bersuka ria, bukankah Tuhan telah  menyempurnakan agama kita?"

Abu Bakar menjawab : "Kamu semua tidak tahu bencana-bencana apakah kelak yang akan terjadi menimpa kita semua. Apakah kamu tidak mengerti : bahwa tidak ada sesuatu apabila ia telah sampai pada titik kesempurnaan, melainkan itu berarti permulaan kemerosotannya. Dalam ayat terbayang akan perpecahan di kalangan kita nanti, dan nasib Hasan dan Husain yang akan menjadi anak yatim, serta para istri Nabi yang menjadi janda".

Mendengar itu terpekiklah para sahabat dan dalam suasana penuh keharuan mereka menangislah semuanya, dan terdengarlah ratap tangis yang sayu dari rumah Abu Bakar itu oleh para tetangga yang lain dan mereka ini segera datang kepada Nabi Muhammad SAW sendiri sambil menanyakan kepada beliau hakikat kejadian yang sebenarnya.

"Ya Rasul Allah, kami tidak tahu keadaan yang menimpa diri para sahabat, kecuali kami mendengar pekik tangis mereka belaka". Mendengar itu berubahlah wajah Rasulullah dan iapun segera berdiri menuju tempat para sahabat. Setelah dilihatnya keadaan para sahabat dalam keadaan sedemikian rupa, beliaupun bertanya: 

"Apakah yang kalian tangiskan?" Menjawablah Ali: "Abu Bakar berkata kepada kami: "Sesungguhnya saya mendengar angin kematian Rasulullah berdesir melalui ayat ini" dan bukankah dapat dijadikan bukti ayat ini bagi bagi kematian engkau?"

Nabi menjawab : "Benarlah Abu Bakar dalam segala apa yang dikatakannya itu. Telah dekat masa kepergianku dari antara kamu semua, dan telah datang masa perpisahanku dengan kamu semua".

Penegasan Nabi itu adalah isyarat, bahwa benarlah Abu Bakar seorang yang paling arif di antara para sahabat Nabi. dan ketika Abu Bakar mendengar ucapan Nabi itu iapun berteriak dan langsung jatuh pingsan. Ali menjadi gemetar, para sahabat menjadi gelisah; mereka semua ketakutan dan semua menangis menjadi-jadi. Begitu juga para malaikat di langit, makhluk-makhluk yang melata di bumi, hewan-hewan di daratan dan di lautan semuanya turut berkabung dan berduka cita. Kemudian Nabi bersalam berjabatan tangan dengan satu demi satu para sahabat mengucapkan perpisahan dan beliaupun menangis sambil memberikan amanah nasehat kepada mereka semua.

Setelah turun ayat Al-Qur'an yang terakhir itu Nabi Muhammad SAW masih menjalani hidupnya 81 hari lagi. Ya, demikianlah setelah ayat itu turun beliau naik ke atas mimbar mengucapkan khutbah sambil menangis, dan hadirin mendengarkannya sambil bercucuran air mata pula. Suatu khutbah yang mendebarkan hati dan menegakkan bulu roma, tetapi disamping itu juga khutbah yang mengungkapkan harapan-harapan dan peringatan.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra., bahwa setelah dekat dengan wafatnya Rasulullah, beliau memerintahkan Bilal supaya adzan, memanggil manusia untuk sholat bersama-sama. Maka berkumpulah kaum Muhajirin dan Anshar ke masjid Rasulullah SAW itu. Setelah selesai sholat dua rakaat yang ringan kemudian beliau naik mimbar lalu mengucapkan puji dan sanjungan kepada Allah SWT., dan kemudian beliau membawakan khutbahnya yang sangat berkesan dan membuat hati terharu dan mengucurkan air mata. Beliau berkata antara lain :

"Sesungguhnya saya ini adalah Nabimu, pemberi nasihat dan da'i menyeru manusia ke jalan Tuhan dengan izinNya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang penyayang dan Bapa yang pengasih. Siapa yang merasa teraniaya olehku di antara kamu semua, hendaklah ia bangkit berdiri sekarang juga untuk melakukan kisas kepadaku sebelum ia melakukannya di hari kiamat nanti".

Sekali duakali beliau mengulang kalimatnya itu, dan pada ketiga kalinya barulah berdiri seorang laki-laki bernama Ukasyah Ibnu Muhsin. Ia berdiri di hadapan Nabi SAW. Sambil berkata: "Ibuku dan ayahku menjadi tebusanmu ya Rasul Allah. Kalau tidaklah karena Engkau telah berkali-kali menuntut supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah aku akan berani tampil untuk memperkenankan- nya sesuai dengan permintaanmu.

"Dulu aku, pernah bersamamu di medan perang Badar sehingga untaku berdampingan sekali dengan untamu, maka akupun turun dari atas untaku dan aku menghampiri engkau, lantas akupun mencium paha engkau. Kemudian engkau mengangkat cambuk memukul untamu supaya berjalan cepat, tetapi engkau sebenarnya telah memukul lambung sampingku; saya tidak tahu apakah itu dengan engkau sengaja atau tidak Ya Rasul Allah, ataukah barangkali maksudmu dengan itu engkau hendak melecut untamu sendiri?"

Rasulullah menjawab; "Maha suci Allah ya Ukasyah, bahwa Rasulullah akan bermaksud memukul engkau dengan sengaja".

Kemudian Nabi menyuruh Bilal supaya pergi kerumah Fatimah, "supaya Fatimah ra. memberikan kepadaku cambukku" kata beliau. Bilal segera keluar Masjid dengan tangannya diletakkan di atas kepalanya keheranan sambil berkata sendirian: "Inilah Rasulullah memberikan kesempatan mengambil kisas terhadap dirinya!" Diketuknya pintu rumah Fatimah ra. yang menyahut dari dalam: "Siapakah di luar?"

"Saya datang kepadamu untuk mengambil cambuk Rasulullah," jawab Bilal. "Apakah yang akan dilakukan Ayahku dengan cambuk ini?" tanya Fatimah kepada Bilal.

"Ya Fatimah! Ayahmu memberikan kesempatan kepada orang untuk mengambil kisas terhadap dirinya," Bilal menegaskan. "Siapakah pula gerangan itu yang sampai hati untuk mengkisas Rasulullah?" tukas Fatimah keheranan.

Bilalpun mengambil cambuk dan membawanya masuk masjid, lalu diberikannya kepada Rasulullah, dan Rasulullahpun menyerahkannya kepada tangan Ukasuah.

Tatkala hal itu dilihat oleh Abu Bakar dan Umar ra., keduanya berkata kepada Ukasyah: "Hai Ukasyah! kami sekarang berada di hadapanmu, pukul kisaslah kami berdua, dan jangan sekali-kali engkau pukul Rasulullah SAW!". Rasulullah menyela dengan katanya: "Duduklah kalian keduanya, Allah telah mengetahui kedudukan kamu berdua".

Kemudian berdiri pula Ali bin Abi Thalib sambil berkata: "Hai Ukasyah! Saya ini sekarang masih hidup di hadapan Nabi SAW. Aku tidak sampai hati melihat kalau engkau akan mengambil kesempatan kisas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka kisaslah aku dengan tanganmu dan deralah aku dengan tangan engkau sendiri!" Nabi pun menukas pula, "Allah SWT. telah tahu kedudukan dan niatmu, wahai Ali!"

Kemudian tampil pula kedua kakak-beradik, Hasan dan Husein.

"Hai Ukasyah! Bukankah Engkau telah mengetahui, bahwa kami adalah cucu kandung Rasulullah, dan kisaslah terhadap diri kami dan itu berarti sama juga dengan mengkisas Rasulullah sendiri!". Tetapi Rasulullah menegur pula kedua cucunya itu dengan kata beliau: "Duduklah kalian keduanya, wahai penyejuk mataku!"

Dan akhirnya Nabi SAW berkata:

"Hai Ukasyah! Pukulah aku jika engkau berhasrat mengambil kisas!"

"Ya Rasul Allah! Sewaktu engkau memukul aku dulu, kebetulan aku sedang tidak lekat kain di badanku," kata Ukasyah.

Lantas tanpa berbicara Rasulullah segera membuka bajunya, maka berteriaklah kaum muslimin yang hadir sambil menangis.

Maka tatkala Ukasyah melihat putih tubuhnya Rasulullah, ia segera mendekap tubuh Nabi Muhammad SAW dan mencium punggung beliau sepuas-puasnya sambil berkata:

"Tebusanmu Rohku ya Rasul Allah, siapakah yang tega sampai hatinya untuk mengambil kesempatan mengkisas engkau ya Rasul Allah? saya sengaja berbuat demikian hanyalah karena berharap agar supaya tubuhku dapat menyentuh tubuh engkau yang mulia, dan agar supaya Allah SWT., dengan kehormatan engkau dapat menjagaku dari sentuhan api neraka".

Akhirnya berkatalah Rasulullah SAW :

"Ketahuilah wahai para sahabat! Barangsiapa yang ingin melihat penduduk surga, maka melihatlah kepada pribadi lelaki ini!".

Lantas bangkit berdirilah kaum muslimin beramai-ramai, mencium Ukasyah diantara kedua matanya dan mereka berkata: "Berbahagialah engkau yang telah mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah SAW di surga kelak".

"Ya Allah! Demi kemulian dan kebesaran Engkau mudahkanlah juga bagi kami mendapatkan syafaatnya Rasulullah SAW di negeri akhirat yang abadi!" Amiin.

Berkatalah Ibnu Mas'ud (salah seorang sahabat Nabi yang terdekat):

"Dikala telah dekat waktu wafatnya Rasulullah SAW., kami berkumpul bersama-sama di rumah ibu kita Aisyah ra. Nabi menoleh kepada kami dan kemudian kedua matanya mencucurkan air mata, dan kemudian beliau berkata antara lain:

"selamat datang bagi kalian semua, semoga Tuhan melimpahkan rahmatNya kepada kamu!" Aku berwasiat kepada kamu semua dengan takwalah, taat kepadaNya. Telah dekat masa perpisahan dan telah hampir waktu pulang kepada Allah dan kepada Surga Al-Makwa. Hendaklah Ali memandikan saya, Al-Fadal bin Abbas dan Usamah bin Zaid yang menuangkan air, dan kemudian kafanilah aku dengan kain jika kamu menghendaki yang demikian atau dengan kain putih buatan Yaman!"

"Apabila kamu telah selesai memandikanku, letakkanlah jenazahku di atas tempat tidurku di rumahku ini di atas pinggir lubang kuburku. Kemudian bawalah aku keluar sesaat, maka awal pertama kali yang memberi selawat kepadaku adalah Allah Azza wa Jalla sendiri, kemudian Jibril, kemudian Mikail, kemudian Israfil, kemudian malaikat maut (Izrail) bersama pasukannya dan kemudian segenap para malaikat. Sesudah itu barulah kamu masuk kepadaku rombongan demi rombongan dan sholatkanlah aku bersama-sama"

Setelah para sahabat mendengar kata-kata amanat perpisahan Rasulullah SAW. mereka menjerit dan menangis dan kemudian berkata :

"Ya Rasul Allah! Engkau adalah Rasul kami, penghimpun pembina kekuatan kami dan penguasa urusan kami, apabila engkau pergi dari kalangan kami, kepada siapakah gerangan lagi kami pergi kembali?"

Maka menjawablah Nabi SAW :

"Aku tinggalkan kamu di atas jalan yang terang, dan Aku tinggalkan untukmu dua juru nasihat, yang berbicara dan yang diam. penasihat yang berbicara ialah Al-Qur'an dan yang diam ialah maut. Apabila kamu menghadapi persoalan-persoalan yang musykil, maka kembalilah kepada Al-Qur'an dan Sunnah, dan apabila hati kamu kesat-kusut, maka tuntunlah ia dengan mengambil iktibar tentang peristiwa-peristiwa maut!"

Setelah itu Rasulullah jatuh sakitlah pada akhir bulan Safar dan senantiasa beliau dalam keadaan sakit selama 18 hari (ada yang mengatakan 13 dan ada pula yang mengatakan 17 hari) yang senantiasa di jenguk oleh para sahabat. Adalah beliau menderita sakit kepala sampai beliau berpulang ke Rahmatullah. beliau diangkat Tuhan menjadi Rasul pada hari Senin dan meninggal dunia pada hari Senin. pada hari terakhir dari hayatnya beliau, penyakit beliau bertambah berat.

Dalam keadaan beliau yang kritis itu, beliau masih terkenang kepada kaum fakir miskin dan melarat, dan beliau teringat bahwa masih ada uang simpanan sebanyak 7 dinnar dalam rumahnya. Disuruhnya ambilkan uang itu kepada istrinya yang tecinta Siti Aisyah ra. sambil berkata: 

"Bagaimana gerangan persangkaan Muhammad terhadap Tuhannya, sekiranya ia menemui Tuhannya sedang ditangannya tergenggam benda ini?" kemudian diserahkannyalah harta miliknya yang terakhir itu kepada fakir miskin selaku kebajikan.

Setelah Bilal menyerukan adzan di waktu Subuh dengan semerdu-merdu suaranya ia pun berdiri di muka pintu rumah Rasulullah, maka ia pun memberi salam. "Assalamu'alaikum ya Rasul Allah!". Menyahutlah Fatimah, putri tersayang beliau yang senantiasa mendampingi ayahnya di kala sakit. "Rasulullah sedang sibuk dengan urusannya sendiri". kemudian Bilal pergi ke Mesjid dan ia tidak mengerti kata-kata fatimah itu. Tatkala shalat subuh akan dimulai, maka ia datang ke rumah untuk kedua kalinya dan berdiri di pintu sambil mengucapkan salam seperti semula. Kali ini suaranya di dengar Rasulullah dan lantas menyuruhnya masuk dengan katanya: "Masuklah engkau Bilal sambil menangis! Saya sibuk merawat diri saya dan sakitku bertambah berat. Hai Bilal, suruhlah Abu Bakar memimpin (Imam) sholat bersama orang banyak!"

Kemudian Bilal pun ke luar rumah menuju ke Masjid sambil menangis dan tangannya diletakkan di atas kepalanya dan sambil mengeluh ia berkata: "Oh musibah, putuslah harapan dan patahlah semangat! Wahai kiranya, alangkah baiknya kalau aku tidak dilahirkan ibuku!" Kemudian ia masuk ke dalam masjid memanggil Abu Bakar. "Hai Abu Bakar!" ujarnya. "Sesungguhnya Rasulullah menyuruh engkau tampil supaya mengimami orang banyak karena beliau sangat sibuk sekali dengan keadaan yang menimpa diri beliau".

Waktu Aisyah mendengar Rasulullah menyuruh ayahnya jadi imam, ia mengemukakan keberatannya yang sangat kepaada Rasulullah, karena katanya, ayahnya adalah orang yang lemah. "Ayahku, Abu Bakar adalah orang yang lemah, dan bila ia menggantikan kedudukan engkau, niscaya ia tidak mampu kelak," ujar Aisyah ra. 

Karena menurut pandangan Aisyah, bahwa konsekuensi jadi Imam itu adalah berat, karena bukan saja seorang itu mampu jadi Imam di dalam Masjid, tetapi juga harus mampu menjadi Imam dalam masyarakat sebagai insan teladan. Dan menurut Aisyah, ayahnya adalah orang yang lemah yang tidak akan mampu mengemban dan mendukung tugas amanah yang berat itu. Berkali-kali Aisyah mengemukakan keberatannya, sehingga Nabi marah, dan alasan Siti Aisyah itu tidak dihiraukan Beliau. Karena ia lebih tahu menilai kecakapan para sahabat- nya daripada istrinya Aisyah itu. beliau tetap memerintahkan dan berkata sekali lagi: 

"Suruhlah Abu Bakar memimpin sholat bersama orang banyak!". Demikianlah akhirnya Abu Bakar sempat mengimami sholat berjamaah bersama kaum Muslimin selama 17 kali waktu menjelang akhir hayat Rasulullah.

Tatkala Abu Bakar melihat ke mihrab Rasulullah, memang ia melihat mihrab dalam keadaan kosong dari Rasulullah, ia tidak dapat menguasai dirinya sehingga terpekik dan kemudian ia keluar kembali dalam suasana yang penuh duka cita. maka menjadi gemparlah kaum muslimin dan kegemparan itu terdengan oleh Rasulullah. kepada Fatimah beliau bertanya: "Ada apa ini pekik dan kegemparan?" "Kaum muslimin menjadi gempar karena mereka tidak melihat ayah berada di kalangan mereka," jawab Fatimah.

Rasulullah kemudian memanggil Ali bin Abi Thalib dan Fadhal bin Abbas untuk membimbing beliau pergi ke Masjid, dan beliaupun sempat berjamaah bersama mereka pada hari Senin itu. Rasulullah memang memaksakan dirinya pergi ke Masjid pada subuh terakhir itu untuk memberikan ketentraman ke dalam hati ummatnya yang sedang resah dan khawatir. 

Anas bin Malik (pembantu rasul yang setia sampai beliau wafat) mengatakan, "Saya tidak pernah melihat Nabi secerah berseri seperti halnya dengan keadaan beliau di kala subuh terakhir itu". Ya, sambil tersenyum simpul beliau melambaikan tangannya kepada jamaah yang ramai berdesak-desakan itu, demi untuk menghibur dan membujuk jiwa mereka yang sedang dirundung gelisah dan cemas selama ini.

Kemudian setelah selesai menunaikan shalat berjamaah, maka beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak sambil berkata:

"Wahai kaum muslimin! Kamu semua berada di bawah perlindungan Allah SWT dan penjagaanNya. Janganlah lupa bertaqwa kepada Allah dan menaatinya, karena aku tidak lama lagi akan meninggalkan dunia ini. Inilah awal hari akhirat bagiku dan akhir hari duniaku!". Kemudian beliau berdiri dan pergi masuk ke dalam rumah beliau.

Setalh itu Allah SWT., memberi perintah kepada Malaikat Maut: "bahwa turunlah engkau kepada kekasihKu dengan rupa yang sebagus-bagusnya dan bersikap lemah lembutlah kepadanya dalam menggenggam rohnya. Apabila ia telah memberi izin kepada engkau, maka barulah engkau boleh masuk ke dalam rumahnya. Tetapi apabila ia tidak memberi izin, maka janganlah engkau masuk dan kembali sajalah!"

Maka turunlah Malaikat Izrail AS ke dunia dengan roman muka seorang arab, lalu mengucapkan salam: Assalamu'alaikum wahai para keluarga rumah tangga Nabi dan sumber kerosulan! Apakah saya diizinkan masuk?" Fatimah menjawab dengan katanya:

"Hai hamba Allah, sesungguhnya Rasul Allah sedang sibuk dengan dirinya!" Kemudian Malaikat Izrail berseru untuk kedua kalinya. "Assalamu'alaikum ya Rasul Allah dan wahai keluarga rumah tangga kenabian, apakah saya diperbolehkan masuk?" 

Nabi Muhammad SAW mendengar suara itu maka beliau bertanya: "Hai Fatimah, siapakah itu gerangan yang berada dipintu?" "Seorang lelaki arab memanggil ayah, telah aku katakan kepadanya, bahwa Rasulullah sedang repot dengan dirinya sendiri. Kemudian orang itu memanggil sekali lagi dan telah saya beri jawaban yang sama, tetapi ia memandang kepadaku, maka tegak meremanglah bulu roma kulitku, takutlah hatiku, gemetar segala tulang persendianku, dan berubahlah warnaku (pucat)". jawab Fatimah.

Maka berkatalah Nabi SAW: "Tahukan engkau siapa sebenarnya orang itu ya Fatimah?" "Tidak tahu ayah," sahut Fatimah. Berkatalah Rasulullah SAW: "Itulah dia pemusnah segala kelezatan hidup, pemutus segala kesenangan, pencerai-berai persatuan, perubah rumah tangga dan penambah ramainya penghuni kubur."

Mendengar itu, menangislah Fatimah dengan tangisnya yang keras menjadi-jadi, melolong-lolong dan ia berkata: Wahai! akan meninggal kiranya penutup para Nabi; wahai bencana! Akan berpulang kiranya orang takwa terbaik, dan akan lenyaplah Pemimpin dari segala tokoh orang suci. Ah, celaka! pasti terputuslah wahyu dari langit. Akan terhalanglah aku dari mendengar kata-kata ayah mulai hari ini, dan aku tidak pernah lagi mendengar salam ayah sejak hari ini."

Nabi SAW menjawab: "Ya Fatimah! Engkau keluargaku yang pertama kali menyusul aku". Dan kemudian beliau berkata kepada Malaikat Izrail yang sedang menunggu di luar. 

"Silahkan engkau masuk hai Malaikat Maut"! Maka iapun masuklah sambil mengucapkan salam:

"Salam sejahtera atasmu ya Rasul Allah!" yang lalu di jawab oleh Nabi SAW. "Dan juga  alam sejahtera bagimu ya Malaikat Maut! Apakah kedatangan engkau ini berupa kunjungan ziarah ataukah bertugas untuk mencabut nyawa?"

"Aku datang untuk kedua-duanya, ziarah dan juga bertugas mencabut nyawa, itupun jika beroleh ijin darimu; dan jika tidak saya akan kembali," sahut malaikat Izrail itu.

Nabi bertanya pula: "Ya Malaikat Maut, dimana tadi engkau tinggalkan Jibril?"

"Saya tinggalkan dia di langit dunia dan para Malaikat senantiasa memuliakannya," jawab Malaikat Maut. Dan tak lama kemudian maka datanglah malaikat Jibril AS menyusul, dan terus duduk di dekat kepala Rasulullah.

"Apakah engkau tidak tahu bahwa perintah telah dekat?" tanya Rasulullah kepada Jibril AS.

"Benar ya Rasul Allah!" sahut Jibril AS.

"Gembirakanlah saya! Apakah gerangan kehormatan yang kiranya akan saya peroleh di sisi Allah?" tanya Rasulullah.

"Sesungguhnya pintu-pintu langit telah dibuka, dan para Malaikat telah berbaris menunggu kedatangan roh engkau di langit; pintu-pintu surga telah dibuka serta para bidadari telah berhias berdandan untuk menyongsong kedatangan roh engkau," kata Jibril As.

“Alhamdulillah," jawab Nabi SAW, yang kemudian berkata; "Ya Jibril! Gembirakanlah aku, betapa keadaan ummatku nanti di hari kiamat?"

"Aku beri engkau kabar gembira, bahwa Allah SWT telah berkata: "Sesungguhnya Aku (Allah) telah mengharamkan surga bagi semua Nabi sebelum engkau memasukinya terlebih dahulu, dan Aku (Allah) mengharamkan pula surga itu kepada sekalian ummat manusia sebelum ummat engkau terlebih dahulu memasukinya," jawab Jibril AS.

"Sekarang barulah senang hatiku dan hilanglah rusuhku," kata Nabi yang selanjutnya menghadapkan ucapannya terhadap Malaikat Maut: "Ya Malaikat Maut, sekarang mendekatlah kepadaku!"

Maka mendekatlah Malaikat Maut mengadakan pemeriksaan untuk menggenggam rohnya Nabi SAW. 

Tatkala roh itu sampai di pusat, Nabi berkata kepada Malaikat Jibril "Alangkah beratnya penderitaan maut itu!" Malaikat Jibril AS pun tidak sampai hati keadaan Nabi yang dalam keadaan yang demikian itu, dan iapun memalingkan wajahnya sejenak dari memandang Rasulullah SAW.

"Apakah engkau benci melihat kepada wajahku, ya Jibril?" tanya Rasulullah.

"Wahai kekasih Allah, siapakah gerangan yang tega sampai hatinya melihat wajahmu sedang engkau berada dalam situasi kritis sekaratul-maut?" jawab Jibril.

Berkata Anas bin Malik ra. "Adalah roh Nabi SAW sampai di dadanya dan beliau waktu itu masih dapat berkata: "Aku berpesan kepada kamu semuanya tentang sholat dan hamba sahaya yang berada di bawah tanggung jawabmu".

Dan pada penghujung nafasnya yang terakhir beliau mengerakkan kedua bibirnya dua kali dan akupun mendekatkan telingaku baik-baik, maka aku masih sempat mendengar beliau berkata dengan pelan-pelan: "Ummati! Ummati!" (Ummatku, ummatku). Maka dijemputlah Roh suci Rasulullah SAW dalam keadaan wajah berseri-seri dan bibir manis yang bagaikan hendak tersenyum, di pangkuan istri tercinta, Aisyah ra. pada hari Senin 12 bulan Rabi'ul Awal, yakni dikala matahari telah tergelincir di tengah hari pada tahun ke-11 Hijriyah, bersesuaian dengan dengan tanggal 3 Juni tahun 632 Masehi. Dan adalah umur Nabi SAW pada waktu itu genap 63 tahun menurut riwayat yang termasyur dan yang paling sahih.

Sekiranya dunia ini
Boleh kekal untuk seseorang
Sesungguhnya Rasulullah SAW
Adalah penghuninya yang abadi

Diriwayatkan pula bahwa ketika Ali bin Abi Thalib meletakkan jasad Rasulullah di atas tempat tidurnya, tiba-tiba terdengar suara ghaib dari pojok rumah berseru dengan nada tinggi: "Jangan kamu mandikan jenazah Muhammad, karena ia adalah orang suci lagipula membawa kesucian" Ali ra. curiga terhadap suara itu dan ia bertanya: "Siapa engkau? Padahal Rasulullah menyuruh kami memandikannya". Tiba-tiba terdengar pula suara ghaib yang lain yang berseru sebaliknya:

"Hai Ali, mandikanlah beliau! Suara ghaib yang pertama itu berasal dari suara Iblis yang terkutuk karena dengki terhadap Muhammad SAW, dan ia bermaksud agar supaya Nabi Muhammad SAW tidak dimasukkan ke dalam liang kuburnya dalam keadaan dimandikan (suci bersih)". "Semoga Allah membalasi engkau dengan kebajikan di kala engkau telah memberitahukan, bahwa suara itu berasal dari Iblis. Sekarang siapakah pula sebenarnya engkau sendiri?" tanya Ali ra.

"Saya adalah Chidir," jawabnya. Saya datang untuk menghadiri jenazah Muhammad SAW".

Kemudian Ali bin Abi Thalib ra. memandikan jenazah Rasulullah sedang Al-Fadhal bin Abbas dan Usamah bin Zaid ra menimbakan air, dan Malaikat Jibril AS datang membawa harum-haruman dari surga. Mereka kafani dan kuburkan beliau di kamar rumah Siti Aisyah ra, pada malam Rabu, (ada yang mengatakan malam Selasa).

Sambil berdiri di kubur Nabi Muhammad SAW istri beliau tercinta Aisyah ra. pun berkata, bersenandung dengan suara terharu:

Wahai orang yang tidak pernah memakai sutra,
yang tidak pernah tidur di atas kasur yang empuk,
Wahai orang yang keluar dari dunia dan perutnya 
tidak pernah kenyang dengan roti gandum.
Wahai orang yang memilih tikar untuk tempat tidur
Wahai, orang yang tidak tidur sepanjang malam
karena takut sentuhan neraka Sa'ir.........!

Dari sumber lain, dapat pula kita ketahui reaksi ummat atas wafatnya Rasulullah. Bahwa dengan meninggalnya Rasulullahlah, penduduk Madinah khususnya dan ummat Islam pada umumnya diliputi oleh awan berkabung yang rawan beberapa waktu lamanya.

Suasana kedukaan yang menimpa keluarga Rasulullah dipancarkan dari rumah duka ummul mukminin Siti Aisyah ra. ke seluruh kaum muslimin yang sedang kehilangan Nabinya dan Pemimpinnya yang tercinta, sayang dan menyayangi mereka; suasana peristiwa yang membuat ummat Islam kebingungan sedemikian rupa bagaikan anak ayam kehilangan induknya, terlunta-lunta kesana kemari menunggu nasib selanjutnya. Mereka ada yang panik sehingga tidak mau mengakui fakta takdir yang sedang menimpa mereka.

Ummar bin Khatab sendiri malah bersikap sedemikian rupa seolah-olah lupa diri dengan penuh nafsu menghunus mata pedangnya marah-marah di muka orang banyak dengan berkata; "Siapa yang berani mengatakan bahwa Muhammad telah wafat akan saya pukul dengan pedang ini".

Selanjutnya ia berkata; "Bahwa Muhammad tidaklah wafat, tetapi hanya pergi buat sementara kepada TuhanNya sebagaimana Musa bin Imran menghilang sementara dari kalangan kaummnya 40 malam lamanya dan kemudian ia kembali setelah dikatakan orang telah wafat. Demi Allah, Rasulullah akan kembali pula sementara halnya Musa kembali"

Tentang Abu Bakar, ia agak terlambat datang karena rumahnya jauh. Teteapi setelah ia tiba, dilihatnya orang beramai-ramai berkerumun di depan pintu memperhatikan Ummar sedang marah-marah. Tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan ia pun segera masuk ke rumah Aisyah dengan tidak menghiraukan orang banyak. Sepatah kata pun ia tidak bicara dengan mereka.

Dilihatnya Rasulullah terbaring di atas tempat tidurnya. Dibukanya kain selubung yang menutupi wajah Rasulullah lantas di ciuminya wajahnya yang mulia itu dan kemudian ia pun menangislah tersedu-sedu sambil berkata;

"Demi ayah bundaku, alangkah indahnya hidupmu dan alangkah indahnya matimu! Demi Allah, sekali-kali tidak akan terkumpul dua kematian atas dirimu. Adapun mati yang telah ditentukan Tuhan bagimu, telah engkau temui. Dan setelah itu takkan ada lagi kematian yang datang kepadamu buat selama-lamanya".

Kemudian barulah ia keluar mendapatkan orang banyak, tetapi Ummar masih berbicara menurut sekehendak hatinya belaka. Melihat keadaan yang terus menerus demikian barulah beliau berbicara untuk menentramkan hati orang ramai. Dan banyak orang pula yang mulai beralih menghadapkan perhatiannya kepada Abu Bakar dan meninggalkan Ummar, dan Ummar sendiripun duduklah mendengarkan apa yang dikatakan Abu Bakar. Dan setelah terlebih dahulu mengucapkan puji dan sanjung ke hadirat Allah yang Maha Kuasa, berkatalah ia;

"Wahai manusia! Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat. Tetapi barang siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah hidup, tidak akan mati-mati untuk selama-lamanya"."Sesungguhnya engkau akan mati dan merekapun akan mati!" (Az-Zumar : 30)

Kemudian beliau menyitir firman Allah yang berbunyi: "Muhammad itu tidak lain, melainkan hanya seorang Rasul. Telah banyak berlalu Rasul-rasul sebelumnya. Apakah sekiranya ia mati atau terbunuh, kamu akan berpaling atas tumit-tumit kamu? Dan barang siapa yang murtad, maka hal itu tidak akan menyusahkan Tuhan sedikitpun. Dan Allah pasti membalas jasa orang-orang yang berterima kasih kepadaNya!" (Ali Imran : 144)

Tetapi namun demikian orang banyak masih menangis juga. ummar berkata; "Demi Allah, seolah-olah saya tidak pernah membaca ayat ini! Demi Allah, setelah aku mendengar Abu Bakar membacanya terpancarlah seluruh keringatku, kakiku tidak kuat berdiri seolah-olah aku mau jatuh rubuh ke bumi. Tetapi karena aku mendengar Abu Bakar sendiri yang membacanya, sadarlah aku bahwa benarlah Muhammad SAW. betul-betul telah meninggal dunia".

Di samping itu Ibnu Abbas berkata pula: "Demi Allah, orang banyak memang tidak tahu bahwa Allah SWT, telah menurunkan ayat ini, sampai Abu Bakar membacakannya di tengah-tengah mereka. Tidak ada orang yang telah mendengar ayat ini kecuali membacanya kembali".

Abu Bakar berpidato di muka orang banyak untuk menenangkan mereka dengan air mata yang bercucuran, dan dengan perasaan yang tertekan. Suaranya terputus-putus dengan dada yang sesak dan kerongkongan yang tersendat-sendat. Dan setelah selesai ia berpidato dia berpaling kepada Ummar bin Khatab dengan berkata; "Lupakah engkau bahwa Rasulullah pernah berkata kepada kita pada hari sekian, waktu demikian dan kala demikian?" Ia juga mengingatkan Ummar akan apa yang dikatakannya sendiri tentang
akan meninggalnya Rasulullah SAW. Maka Ummar berkata; 

"Saya mengaku dengan tulus, bahwa benarlah Kitab Al-Qur'an sebagaimana yang telah diturunkan, dan benarlah Hadits sebagaimana yang telah diucapkan. Dan bahwa Allah SWT hidup tidak akan mati selama-lamanya. Kita ini kepunyaan Allah, dan kepadaNya kita semua akan kembali".

Akhirnya, marilah kita ungkapkan kembali apa yang pernah diratapkan oleh seorang penyair, sahabat Rasulullah, Hasan bin Tsabit dalam sebuah sajaknya yang melukiskan keluhan jiwanya ditinggalkan Rasulullah pada hari wafatnya, disamping menggambarkan cinta kasihnya yang sangat besar kepada beliau.

Engkau biji mataku
Dengan kematianmu aku menjadi buta,
tak bisa melihat

Siapa yang ingin mati sepeninggalmu,
biarlah ia pergi mati menemui ajalnya,
Aku, hanya risau haru dengan kepergianmu 

Sumber : Buku Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah karangan KH Firdaus AN

2 komentar: