Kamis, 06 Oktober 2011

ALLAH, Dia-lah Dzat Yang Mengetahui yang Ghaib dan yang Nyata


‘Alimul Ghaibi wasy-Syahadah

“Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi?”

Kemampuan akal dan pikiran manusia amatlah terbatas. Dan sama sekali tak dapat dibandingkan dengan pengetahuan Allah SWT. Yakinilah, tidaklah segala sesuatu terjadi kecuali Allah SWT lebih mengetahui dari siapapun atas kejadian-kejadian tersebut, berikut hikmah yang terkandung di dalamnya.

Dalam al-Quran surah al-Hasyr pada tiga ayat terakhirnya, Allah SWT berfirman tentang sejumlah nama indah milikNya (al-Asma’ul-Husna). Di antaranya, sebagaimana disebutkan ayat ke-22 dalam surah tersebut, “HuwaLlahul-ladzi la ilaha illa huwa ‘alimul-ghaibi wasy-syahadah huwar-Rahmanur-Rahim.” Maknanya, “Dialah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS al-Hasyr : 22).

Allah SWT adalah ‘Alimul-Ghaibi wasy-Syahadah, Dzat Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi di sisi-Nya.

Kisah berikut ini adalah salah satu kisah singkat yang menggambarkan betapa setiap hamba-Nya harus memahami segala ketentuan-Nya sebagai ketentuan yang harus diterima dan ditaati sepenuhnya.


Suatu saat Nabi Musa AS bermunajat kepada Allah di Bukit Thursina. Di antara munajat yang beliau panjatkan pada saat itu adalah, “Yaa Allah, tunjukkanlah keadilan-Mu kepadaku!”

Maka Allah berkata kepada Musa AS, “Jika Aku menampakkan keadilan-Ku kepadamu, engkau tak akan dapat bersabar, dan tergesa-gesa menyalahkan-Ku.”

“Dengan taufiq-Mu, ” kata Musa AS,”aku akan dapat bersabar menerima dan menyaksikan keadilan-Mu.”

Allah besabda, ”Kalau begitu, pergilah engkau ke mata air anu. Bersembunyilah engkau di dekatnya dan saksikan apa yang akan terjadi.”

Nabi Musa AS pergi ke mata air yang ditunjukkan kepadanya. Dia naik ke atas sebuah bukit dan bersembunyi.

Penunggang Kuda dan Si Kakek Buta

Tidak lama kemudian datanglah seorang penunggang kuda. Dia turun dari kudanya, lalu berwudhu, dan emminum air. Setelah itu dia shalat dan meletakkan sebuah kantong di pinggirnya yang berisi uang seribu dinar.

Setelah selesai menunaikan shalat, penunggang kuda tadi bergegas pergi dan sangat terburu-buru sehingga dia lupa, kantong miliknya tertinggal.

Tidak lama kemudian datang seorang anak kecil untuk meminum air dari mata air itu. Ia melihat ada sebuah kantong. Anak kecil itupun mengambilnya. Setelah itu, ia pun segera beranjak pergi dari tempat itu.

Setelah anak kecil itu pergi, datang seorang kakek yang buta. Ia mengambil air untuk diminum, lalu wudhu dan shalat.

Tak lama kemudian, datanglah si penunggang kuda yang ketinggalan kantongnya itu. Dia menemukan kakek buta itu berdiri dan akan segera beranjak dari tempatnya.

Si penunggang kuda berkata, ”Kamu pasti mengambil kantongku yang berisi uang di sini.”

Betapa kagetnya si kakek buta itu. Ia berkata, ”Bagaimana aku dapat mengambil kantongmu sementara mataku tidak dapat melihat?”

Penunggang kuda itu berkata, ”Kamu jangan berdusta. Sebab, tidak ada orang lain selain dirimu.”

Si kakek buta berkata, ”Betul, saya berada di sini sendirian. Namun kamu kan tahu, mataku tidak dapat melihat.”

Si penunggang kuda berkata, ”Mengambil kantong itu tidak harus dengan mata, bodoh! Tetapi dengan tangan! Walaupun mata kamu tidak melotot, tanganmu tetap dapat digunakan.”

Akhirnya, si kakek buta itu dibunuh oleh penunggang kuda.

Setelah si kakek buta dibunuh, ia menggeledahnya untuk menemukan kantongnya. Namun, ia tidak menemukannya. Maka, ia pergi meninggalkan mayat kakek buta tersebut.

Bersabarlah atas segala Ketentuan-Nya

Ketika Nabi Musa AS melihat kejadian tersebut, dia berkata,”Ya Tuhan, sungguh aku tidak sabar atas kejadian itu. Namun, aku yakin Engkau sangat adil. Kenapa kejadian mengenaskan itu bisa terjadi?”

Tidak lama kemudian datanglah Jibril AS dan berkata, ”Allah memerintahkan kepadaku agar menyampaikan penjelasan-Nyakepadamu. Dia menyebutkan bahwa diri-Nya sangat mengetahui hal-hal ghaib yang tidak engkau ketahui. Dia menyebutkan bahwa anak kecil yang mengambil kantong si penunggang kuda itu sebenarnya sedang mengambil haknya.

Dulu, ayahnya pernah bekerja pada si penunggang kuda. Namun, secara zhalim, ia tidak dibayar atas pekerjaan yang telah ia lakukan. Jumlah yang harus dibayarkan kepada ayah anak itu adalah sejumlah uang yang ada dalam kantong itu. Adapun kakek buta itu adalah orang yang membunuh ayah si anak kecil itu dulunya, sebelum kakek tersebut mengalami kebutaan.”

Demikianlah. Sungguh Mahabenar Allah SWT yang berfirman, “Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak melainkan Dia berada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS al-Mujadalah : 7). (Majalah al-Kisah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar