Sabtu, 17 November 2012

Kisah Sahabat : Abbad bin Bishr r.a. Sahabat yang Dikaruniai Cahaya


Dia adalah Ibnu Waqs Al Imam Abu Rabi’ Al Anshari, Al Asyhali atau terkenal sebagai Abbad bin Bishr. Beliau adalah sahabat dari  golongan Anshor, pada saat kaum muhajirin tiba di Madinah, beliau dipersaudarakan dengan ‘Ammar bin Yasr r.a.

Abbad bib Bishr termasuk salah seorang pemimpin suku Aus, tak heran jika beliau adalah sosok terhormat dan terpandang. Beliau mendapat hidayah Islam dan masuk islam pada saat masih berusia 15 tahun atas peran dari sahabat Mush’ab bin Umair r.a.

Abbad bin Bishr r.a. adalah sahabat yang diterangi oleh tongkatnya pada malam hari ketika pulang ke rumahnya dari rumah Rasulullah SAW. Beliau adalah salah seorang sahabat yang ikut dalam perang Badar. Beliau pula salah seorang sahabat yang berhasil membunuh Ka’ab bin Asyraf Al Yahudi.

Nabi SAW mempekerjakannya sebagai penarik zakat dari suku Muzayyinah dan bani Salim serta menjadikannya penjaga beliau pada waktu perang Tabuk dan merupakan salah satu dari dua orang sahabat yang dijuluki ‘Sang Pemberani’.

Setelah Rasulullah SAW dan kaum muslimin selesai dari perang Dzatur-Riqa’, rombongan sampai di suatu tempat dan bermalam di sana. Rasulullah SAW berkenan memilih beberapa Sahabat untuk menjadi pengawal penjaga tenda beliau, diantara sahabat yang terpilih adalah ‘Ammar bin Yasr dan ‘Abbad bin Bishr. Mereka berdua ra, menjaga Rasulullah SAW dalam satu regu.

Suatu malam dilihat oleh ‘Abbad r.a. bahwa sahabatnya ‘Ammar r.a. sangat lelah, diusulkanyalah agar ‘Ammar r.a. agar tidur terlebih dahulu dan ia yang akan berjaga, dan manakala telah mendapatkan istirahat yang cukup, maka giliran ‘Ammar yang akan menggantikan berjaga.

‘Abbad r.a. berpatroli melihat sekeliling perkemahan, dirasa aman beliau kemudian melakukan shalat malam. Pada saat beliau membaca surat al-Quran setelah bacaan Fatihah, tiba-tiba sebuah anak panah menancap di pangkal lengannya. Dengan serta merta dicabutnya anak panah itu dan tetap melanjutkan shalatnya.

Selang tak lama kemudian mendesing anak panah kedua yang menancap di badan beliau. Dicabutnya anak panah kedua ini dan begitu pula bacaan surat al Quran tetap belaiu lanjutkan.  Sehingga musuh meluncurkan anak panah yang ketiga kalinya’Abbad pun masih mencabut anak panah dan mengakhiri bacaan surat dan melanjutkan ruku’ dan sujud.

Pada saat itu ‘Abbad r.a. mulai merasa payah dan lemah, lalu diantara sujud itu diulurkannya tangan beliau kepadas ‘Ammar yang sedang tidur terlelap di sampingnya dan ditarik-tarik. Kemudian ‘Abbad r.a. bangun dari sujud dan melanjutkan shalat beliau hingga salam.

‘Ammar r.a. terbangun mendengar suara ‘Abbad r.a. yang menahan kesakitan. Seketika ‘Ammar r.a. bangkit dari tidurnya dan menimbulkan kegaduhan, sehingga membuat musuh yang menyelinap ketakutan dan melarikan diri.

Seketika ‘Ammar r.a. berpaling kepada temannya ‘Abbad r.a. dan berkata,”Subhanallah! Mengapa tidak kau bangunkan diriku semenjak panah yang pertama tadi? ‘Abbad r.a. menjawab,”Ketika itu aku shalat dan kubaca beberapa ayat al-Quran yang amat mengharukan hatiku, hingga aku tak ingin untuk menghentikannya. Dan demi Allah, aku tidaklah akan menyia-nyiakan penjagaan yang ditugaskan Rasulullah SAW kepada kita. Sungguh, aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat tadi.” Demikian cintanya ‘Abbad bin Bishr kepada Allah SWT, Rasulullah Muhammad SAW dan kepada Sahabatnya, bahkan kecintaan itu memenuhi segenap perasaan dan seluruh kehidupannya.

Beliau rela menyerahkan harta benda dan nyawa di jalan Allah dan RasulNya, maka tak heran setiap perang beliau menjadi orang terdepan, sementara pada waktu pembagian harta rampasan perang beliau akan sulit untuk ditemukan.

Diriwayatkan dari Yahya bin Ibad bin Abdullah, dari ayahnya, dia berkata, “Ada tiga orang dari golongan Anshar yang tidak tertandingi kemuliaannya, semuanya berasal dari bani Abdul Asyhal, yaitu Sa’ad bin Mu’ad, Abbad bin Bisyr, dan Usaid bin Khudhair.” 

Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata, “Ketika Rasulullah SAW shalat tahajud di rumahku, beliau mendengar suara Abbad bin Bisyr, lalu beliau bersabda, ’Wahai Aisyah, apakah ini suara Abbad bin Bisyr?’ Aisyah menjawab, ‘Ya’. Rasulullah SAW bersabda, ‘Ya Allah, ampunilah dia’.” 

Kaum Muslim generasi pertama akan mengetahui bahwa ‘Abbad bin Bishr adalah seorang tokoh yang beroleh karunia berupa cahaya dari Allah. Penglihatannya yang jelas dan beroleh penerangan, dapat mengetahui tempat-tempat yang baik dan meyakinkan tanpa mencarinya dengan susah payah. Bahkan para sahabat mempercayai bahwa manakala ‘Abbad berjalan di waktu malam, terbitlah darinya berkas-berkas cahaya dan sinar yang menerangi baginya jalan yang akan ditempuh.

Dalam perang Yamamah di mana kaum muslimin melawan balatentara yang kejam dan berpengalaman di bawah pimpinan Musailamah al-Kadzab, beliau pun ikut di dalam pasukan kaum muslimin. Seperti dalam perang-perang sebelumnya beliau selalu menginginkan syahid.

Sehari  sebelum perang Yamamah dimulai, ‘Abbad r.a. bermimpi, dan mimpi tersebut ditakwilkan oleh seorang sahabat yang mulia Abu Sa’id al-Khudri r.a.. Abu Sa’id berkata : “’Abbad bin Bishr mengatakan kepadaku : Hai Abu Sa’id, semalam aku bermimpi melihat langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi. Aku yakin bahwa ta’birnya insyaAllah aku akan menemui syahidku. Kemudian aku berujar : Demi Allah, itu adalah mimpi yang baik.

“Pada perang Yamamah, aku lihat ‘Abbad berseru kepada orang-orang Anshor : Pecahkan sarung-sarung pedang kalian, dan tunjukkan kelebihan kalian!” Maka segeralah menyerbu dan bersama ‘Abbad sejumlah 400 orang dari golongan Anshor. Mereka bertempur bersama dengan Abu Dujanah dan Barra’ bin Malik dengan gagah berani laksana telah ditunggu bidadari di pintu surga.”

“Ketika itu aku melihat wajah ‘Abbad r.a. penuh dengan bekas sambaran pedang, dan aku mengenalinya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat di tubuh ‘Abbad.”

Demikianlah ‘Abbad meningkat ke taraf yang sesuai untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang Mu’min dari golongan Anshar, yang telah mengangkat bai’at kepada Rasullullah SAW,  membaktikan hidupnya bagi Allah dan menemui syahid di jalan-Nya. [dari berbagai sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar