قُلْ إِنْ كُنْتُمْ
تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
(آل عمران : 31 )
”Katakanlah
jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku (Nabi Muhammad), niscaya Allah
mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS Ali Imran: 31).
Cinta
Allah SWT tersimpan pada Sayyidina Muhammad SAW, sehingga Allah SWT akan
mengampuni dosa-dosa hambaNya karena mengikuti kekasihNya Sayyidina Muhammad SAW.
Oleh karena itu mengikuti Rasulullah SAW adalah sesuatu yang diperintah oleh
Allah SWT, sehingga memenuhi panggilan beliau merupakan hal yang wajib dalam
keadaan apapun, sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika
seorang sahabat sedang melakukan shalat, di saat itu Rasulullah SAW
memanggilnya, namun dia melanjutkan shalatnya kemudian setelah selesai ia
mendatangi Rasulullah SAW, lantas Rasulullah SAW bertanya kepadanya :
“Kemanakah
engkau, aku memanggilmu namun kau tidak juga datang?”, maka ia menjawab
: “Wahai Rasulullah tadi aku sedang melakukan shalat”, kemudian Rasulullah
SAW menjawab : “Bukankah Allah SWT telah berfirman” :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ
إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
(الأنفال : 24 )
“
Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasulullah
apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian,
dan ketahuilah sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan
sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan”. ( QS. Al Anfaal : 24 )
Maka
menjawab panggilan Rasulullah SAW harus dijawab, dimana seruan beliau SAW
menghidupkan jiwa untuk lebih dekat kepada Allah SWT,untuk lebih suci dan
luhur, serta menjauh dari perbuatan dosa, demikianlah makna dari setiap
panggilan Rasulullah SAW. Kita ketahui bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Maha
Tunggal dan Abadi, yang membuka rahasia-rahasia keluhuran sepanjang waktu dan
zaman, menganugerahkan kenikmatan untuk manusia dalam kehidupan dunia ini,
namun manusia hanya akan merasakannya dalam waktu yang sangat singkat yang
selanjutnya akan meninggalkannya, kemudian kelak di hari kiamat akan dimintai
pertanggungjawaban atas usia yang telah diberikan kepada mereka selama di
dunia, yang telah dipinjami nafas dan jasad dengan panca inderanya, akan setiap
kenikmatan yang diberikan kepada mereka ketika di dunia. Sehingga keberuntungan
besar bagi orang-orang yang mendapatkan pengampunan dari Allah SWT, dan mereka
itu adalah orang-orang yang mendatangi dan mengikuti panggilan Allah dan
RasulNya. Adapun kehadiran kita di majelis-majelis Maulid merupakan seruan nabi
Muhammad SAW kepada kita untuk mendekat kepada Allah SWT dan menjauhi hal-hal
yang dimurkai Allah, dan jika ada orang yang hadir diantara kita di majelis ini
karena niat yang jelek atau ingin berbuat hal-hal yang membuat Allah murka,
maka ketahuilah bahwa niat buruknya akan menjerumuskannya ke dalam kehinaan,
sebagaimana disebutkan dalam sebuah atsar (perkataan atau perbuatan para
sahabat Rasulullah SAW), yang tertulis di dalam kitab Mamlakah Al Quluub oleh
guru mulia Al Musnid Al ‘Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin
Hafizh bahwa dalam setiap niat baik dari perbuatan manusia maka Allah SWT akan
membukakan baginya 30 pintu kebaikan, sebaliknya jika ia berniat buruk dalam
suatu perbuatan maka Allah akan membukakan 30 pintu keburukan baginya. Maka
bukalah pintu-pintu kebaikan itu dengan memperbanyak niat yang baik. Oleh karena
itu Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّمَا
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“ Sesungguhnya perbuatan (tergantung) dengan niatnya”
Semakin
luhur niat seseorang dalam perbuatannya, maka akan semakin mulia anugerah yang
akan didapatkannya dari Allah SWT, sebaliknya semakin buruk niat dalam
perbuatannya maka akan semakin terjatuh dalam jurang kehinaan. Allah SWT
berfirman :
لَقَدْ خَلَقْنَا
الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ، ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ ،
إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ
مَمْنُونٍ
(
التين : 4-6 )
“
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka
pahala yang tiada putus-putusnya”. ( QS. At Tiin : 4-6 )
Sungguh
mereka akan dikembalikan kepada sehina-hinanya tempat kecuali orang-orang yang
beriman, dan mereka itu adalah pengikut Sayyidina Muhammad SAW, yang
mengerjakan kebaikan dengan tuntunan beliau SAW, dimana balasan untuk mereka
adalah pahala dari Allah yang tiada terputus. Demikian jauh perbedaan antara
orang yang taat kepada Allah dan orang yang tidak taat kepadaNya. Maka
perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia akan membuka rahasia
rahmat Allah SWT. Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Muslim bahwa
Rasulullah SAW bersabda :
حُوسِبَ رَجُلٌ مِمَّنْ
كَانَ قَبْلَكُمْ فَلَمْ يُوجَدْ لَهُ مِنْ الْخَيْرِ شَيْءٌ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ
رَجُلًا مُوسِرًا وَكَانَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَكَانَ يَأْمُرُ غِلْمَانَهُ أَنْ
يَتَجَاوَزُوا عَنْ الْمُعْسِرِ فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: نَحْنُ أَحَقُّ
بِذَلِكَ مِنْهُ تَجَاوَزُوا عَنْهُ (صحيح المسلم )
“Akan
dihisab seseorang dari umat sebelum kalian, maka tidak didapati sedikitpun
kebaikan pada dirinya kecuali ia adalah orang yang mempermudah (jika berurusan
dengan orang lain), serta ia bergaul dengan orang-orang, dan ia menyuruh
budaknya untuk memberikan kelapangan atau kemudahan (memaafkan) kepada orang
yang dalam kesulitan. Maka, Allah ‘azza wajalla berfirman: “Kami lebih berhak
terhadap hal tersebut dari padanya, berilah kelapangan untuknya (maafkan dia
)”. ( Shahih Muslim)
Dan
Rasulullah SAW adalah panutan tunggal bagi kita, dimana beliau adalah orang
yang paling berlemah lembut dari semua manusia, bahkan beliau shallallahu
‘alaihi wasallam juga bersikap lemah lembut terhadap orang non muslim,
sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Bukhari ketika seorang pemuda yahudi
datang ke rumah Rasulullah SAW dan hendak tinggal bersama beliau kemudian
diberinya izin sehingga ia tinggal di rumah Rasulullah SAW, dalam kesehariannya
ia hidup dan makan serta minum bersama Rasulullah SAW, namun suatu waktu pemuda
tersebut pergi dari rumah Rasulullah SAW, dan setelah ditanya ternyata pemuda
itu sedang sakit dan pulang ke rumahnya. Maka Rasulullah SAW datang ke
rumahnya, dan mendapatinya dalam keadaan sakaratul maut, kemudian Rasulullah SAW
berkata :
“Ucapkanlah لاإله إلا الله محمد رسول الله “, maka pemuda tersebut memandang
ayahnya yang juga seorang yahudi, karena melihat kebaikan dan kelembutan
Rasulullah SAW, ayah pemuda itu berkata : “Taatilah Abu Al Qasim (Nabi
Muhammad)”, lantas pemuda itu pun mengucapkan لا
إله إلا الله محمد رسول الله kemudian
meninggal. Ketika itu Rasulullah SAW merasa sangat gembira dan keluar dari
rumah itu dengan wajah yang terang benderang, maka salah seorang sahabat
bertanya : “Wahai Rasulullah, apa yang telah membuatmu sangat gembira?”,
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “ Alhamdulillah pemuda itu
telah mendapatkan hidayah dari Allah SWT”.
Sungguh mulia budi pekerti Sayyidina
Muhammad SAW.
Sumber : majelisrasulullah.org
Sumber : majelisrasulullah.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar