Kamis, 20 Desember 2012

MENGATASI RASA MALAS BERIBADAH



TANYA :

Assalamu’alaikum wr wb,

Habib Lutfi yang dimuliakan Allah SWT, saya seorang kepala keluarga yang sedang berusaha untuk bisa menjadi imam bagi anggota keluarga saya. Namun saya mempunyai permasalahan. Setiap kali hendak melaksanakan perintah agama, hati saya selalu diliputi rasa malas. Dan setiap kali ingin berdoa selalu diliputi rasa malas. Dan setiap kali ingin berdoa, saya bingung dosa apa yang harus saya panjatkan. Karena itu saya sering ganti-ganti doa.

Habib saya ingin memperbaiki ibadah saya, berilah saya nasihat. Saya juga mohon agar Habib berkenan memberikan bacaan doa yang baik untuk saya , keluarga dan orangtua, yang dapat diamalkan setiap hari, terutama sehabis sholat lima waktu.

Semoga Allah senantiasa melindungi Habib sekeluarga dari berbagai macam bencana dan kesulitan.  Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

JAWAB :

Wa’alaikum salam wr wb

Terima kasih atas doa Anda. Semoga Anda sekeluarga juga selalu dalam lindungan Allah SWT, Amin.

Untuk permasalahan yang pertama, coba kita tanyakan kepada diri kita terlebih dahulu, apakah kita merasa benar-benar butuh kepada Allah SWT. Bila belum, marilah kita jadikan diri kita ini benar-benar membutuhkan Allah SWT.

Manusia akan selalu membutuhkan Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat. Hanya saja, kebanyakan kita merasa butuh Allah jika sedang mengalami kesusahan. Kita ini nol, tidak punya daya dan kekuatan. Siapa yang bisa menjamin besok pagi ketika bangun tidur kita masih bisa menggerakkan tubuh kita? Siapa yang bisa menjamin nanti hati kita masih bisa tergerak untuk sholat? Kalau toh kita bisa beraktivitas dalam keseharian karena kondisi tubuh kita yang sehat, darimana sebenarnya kesehatan itu berasal?

Kalau kita beranggapan bahwa tubuh kita sehat karena kita menerapkan pola hidup sehat dengan pola konsumsi makanan yang sehat, istirahat dan pola makan yang teratur, dari mana niatan atau kesadaran untuk hidup berpola hidup sehat itu muncul. Beranikah kita mengklaim bahwa niatan atau kesadaran itu muncul karena kehendak atau kekuatan kita sendiri? Atau ketika kita ringan menjalankan ibadah kita, beranikah kita mengklaim bahwa itu atas kekuatan kita sendiri? Atau lebih jauh beranikah kita memastikan bahwa akhir hidup kita nanti dalam keadaan husnul khotimah?

Sungguh, dalam setiap detik kehidupan kita tidak pernah lepas dari pengaturan Allah, karena sebenarnya kita itu fakir dihadapan Allah SWT, sehingga kita semua sangat, sangat tergantung kepada Allah SWT. Di dalam setiap gerak dan langkah kita, di dalam setiap tarikan dan hembusan nafas kita, di dalam setiap detak jantung kita, di dalam setiap dzikir dan pikir kita, Allah lah yang sejatinya menggerakan dan memberi kita kekuatan.

Laa hawla quwwata ilaa billaahil ’aliyyil’ azhiim. Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Alah , Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

Karena itu, mari kita jadikan pendekatan diri kita kepada Allah SWT sebagai sebuah keperluan kita, kebutuhan kita melebihi kepentingan kita terhadap makan, minum dan berpakaian misalnya. Kita merasa perlu betul apa tidak kepada Allah? Coba kita tingkatkan ini dulu.

Kedua, mengenai masalah doa. Tidak ada doa yang tidak baik. Allah Ta’ala berfirman,”Ud’uni astajib lakum. Mintalah kepada Ku, maka akan aku kabulkan.”

Dengan pintu Ud’uni ini, berarti semua doa yang kita panjatkan akan dikabulkan. Akan tetapi, akan tetapi kita perlu mengkoreksi diri atau instropeksi diri terlebih dahulu

Saya beri contoh yang sangat sederhana. Tetapi dengan contoh ini bukan berarti saya mengumpamakan Allah seperti manusia. Saya bicara disini antar kita sebagai manusia

Kita sering melihat anak-anak sedang bermain di tanah, atau bermain pelepah pisang. Begitu ibunya pulang dari pasar dan membawa oleh-oleh, anak itu berlari mengejarnya. Namun ketika sang anak meminta oleh-oleh tersebut, apaka seorang yang ibu yang baik akan memberikan oleh-oleh makanan kepada anaknya, sementara si ibu tahu bahwa tangan anaknya itu kotor?

Tentu tidak, ia tidak akan memberikan oleh-oleh tersebut karena tangan si anak masih kotor dan akan membahayakan kesehatan si anak. Ibu pasti menyuruh si anak untuk mencuci tangannya terlebih dahulu.

Nah begitu pula dengan Sang Pencipta ibu-ibu tersebut, kalau tangan hamba-Nya masih kotor, tentu Alah belum mengabulkan permohonannya. Karena itu, yuk bareng-bareng kita cuci tangan kita dulu, supaya Allah memberikan apa yang kita inginkan. Kita sucikan hati dan jiwa kita. Di antara dengan bertaubat dan beristighfar, jangan jauh-jauh dengan ulama yang sholeh, sering-seringlah membaca dan mengkaji Al Qur’an kemudian mengamalkannya, sering-sering pula membaca sholawat Nabi SAW.

Jadikan hal ini rutinitas kita sehari-hari dan jangan lupa minta diatur oleh Allah SWT. Insya Allah anda akan menjadi kepala rumah tangga yang baik.

Doa itu bagaikan pisau. Ambil satu pisau saja, lalu kita asah betul-betul supaya tajam. Karena pisau yang sebenarnya bisa kita asah akan menjadi tajam luar biasa, tapi kita kurang pandai mengasahnya. Jangan baru kita asah kita ganti pisau lain. Nah, inilah yang mengakibatkan tumbuh rasa putus asa. Artinya, ambillah salah satu doa. Doa apa saja, dan teruslah meminta dengan doa tersebut.

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is  ‘Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar