Jumat, 21 Desember 2012

Sekelumit tentang Hasad



Bahaya Hasad

Sifat hasad ini ialah tidak suka terhadap taqdir yang Allah berikan kepadanya. Seakan-akan ia ingin ikut berperan aktif dalam penentuan takdir Allah dengan merasa bahwa ia lebih pantas mendapatkan nikmat tersebut dari orang lain. Setiap orang lain mendapatkan kenikmatan, semakin besar dan kuat api hasad dalam dirinya, sehingga ia selalu penasaran dan duka serta hatinya terbakar api hasad tersebut.

Kesengsaraan selalu ada di dalam hati orang yang hasad. Setiap kali dia saksikan tambahan nikmat yang didapatkan oleh orang lain, maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Dia akan selalu mengawasi orang yang tidak dia sukai, dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat kepada orang lain, maka dia berduka dan susah hati.

Menimbulkan sikap egois yang tinggi dan tidak menyukai kebaikan pada orang lain.

Menyusahkan diri sendiri, sebab ia tidak mampu merubah sedikitpun takdir Allah dan keburukan-keburukan lainnya.

Hasad merupakan sifat orang Yahudi yang Allah laknat, sehingga siapa yang memilikinya berarti telah menyerupai mereka.

Orang yang memiliki sifat hasad tidak dapat menyempurnakan imannya, sebab ia tidak akan dapat mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.

Allah SWT memerintahkan kita agar memohon perlindungan dari keburukan pendengki (orang yang hasad), sebagaimana kita diperintah untuk berlindung dari keburukan setan.

"Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,
dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki (hasad) apabila ia dengki (hasad)"
(QS. Al-Falaq)

Betapa besar keburukan dan fitnah yang ditimbulkannya, sehingga Allah SWT menyamakan kedudukan hasad (dengki) dengan setan dan tukang sihir.
 
Dari kedengkian (hasad) dapat muncul : kerusakan ibadah, kemaksiatan dan keburukan, kelelahan dan kesengsaraan, kebutaan hati sehingga tidak dapat memahami hukum-hukum Allah, terputus dan jauh dari jalan Allah, sehingga selamanya berada dalam kesesatan …

Sabda Rasulullah SAW :
"Sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar"

Imam Ghazali berkata :
"Hasad adalah yang merusak keta'atan dan pendorong kepada kejelekan. Ia adalah penyakit hati yang sulit disembuhkan".

Menghindari sifat Hasad :

1. Belajar dan memahami aqidah Islam yang benar, baik tentang keimanan ataupun syari’at serta mengamalkannya. Kebenaran aqidah merupakan sumber segala perbaikan dan kebaikan. Hal ini dilakukan dengan terus senantiasa menggali isi kandungan Al Qur’an dan Hadits.

2. Memahami dengan benar konsep taqdir menurut syari’at Islam, sehingga faham kalau segala kenikmatan dan rizqi serta yang lainnya tidak lepas dari ketentuan takdir Allah. Dengan memahami ini diharapkan tidak timbul dalam diri kita rasa iri dan dengki terhadap orang lain, karena tahu itu semua tidak lepas dari ketetapan takdir Allah.

3. Meyakini dengan benar dan kokoh bahwa semua kenikmatan tersebut berasal dari Allah dan diberikan kepada setiap orang sesuai dengan hikmah yang diinginkan-Nya. Sebab tidak semua kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain itu baik untuknya.

4. Membersihkan hati dengan berusaha mengamalkan seluruh syari’at Islam.

5. Memandang dunia dengan segala perhiasannya sebagai sesuatu yang akan punah dengan cepat dan sesuatu yang tidak seberapa dibanding akhirat. Demikian juga memandang tujuan akhir kehidupannya adalah akhirat yang kekal abadi.

6. Selalu mengingat bahaya hasad bagi kehidupan dunia dan akheratnya.

7. Selalu menanamkan dalam hatinya kewajiban mencintai saudaranya, sehingga tidak merasa panas melihat saudaranya lebih baik darinya dalam permasalahan dunia.

8. Berusaha memenuhi hak-hak saudaranya sesama muslim dan mencari teman baik, yang mengingatkan dan menasehatinya.

9.Selalu mengingat kematian dan pembalasan Allah atas kedzoliman dan kerusakan yang ditumbulkan hasad tersebut.

10. Mengingat keutamaan zuhud dan lapang dada terhadap nikmat yang Allah anugrahkan kepada orang lain, serta kewajiban bersyukur terhadap nikmat yang dianugrahkan kepadanya. Sebab semua ini akan menimbulkan sifat qana’ah dan kaya diri. Sifat qana’ah dan kaya diri ini yang akan membawanya kepada sifat iffah dan taqwa.

Semoga kita terhindar dari sifat yang amat tercela ini. Yang bukan saja merugikan diri sendiri, tapi juga orang lain ...
Amien ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar